Peri-peri dalam dongeng sebelum tidur

Sebagai pecinta buku dan punya hobi membaca sejak kecil saya selalu bercita-cita untuk menularkan kesukaan ini kepada anak-anak, bagaimanapun caranya *hihi.. terdengar seperti diktator sekali yaa?*. Semasa anak-anak, menurut bapak dan ibu.. saya memang lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca dibanding bermain dengan teman sebaya.  Bahkan hobi membaca itu sudah terlihat sejak saya masih batita.  Buku-buku bacaan itu banyak yang ‘habis dilalap’ saya, yang artinya habis dirobek-robek sampai tak berbentuk, hehe.. Terbayang kan buku jaman tahun 80-an seperti apa bentuknya? Boro-boro pake hardcover, kertasnya masih kertas kopi. Sederhana sekali.

Ketika sudah punya uang sendiri -yang tak seberapa itu- dan belum menikah, saya pun kembali meneruskan hobi berburu buku di acara pesta buku atau diskon besar-besaran. Waktu itu (awalnya tahun 1996, dan seterusnya) saya membeli buku pengetahuan seri anak-anak dengan desain simpel, tak terlalu colorfull tapi bermanfaat. Atau dongeng-dongeng terkenal karangan HC Andersen. Hanya seharga Rp 1000-5000 per buah. Rata-rata keluaran Gramedia atau Dian Rakyat. Whuaa, kalap banget! Buku-buku itu saya simpan rapi, ceritanya kalo buat nanti kalo udah punya anak *dasar tukang ngayal*

Lantas ketika saya mendapati si kaka sudah bisa diajak berkomunikasi, sejak usia 2 tahun saya selalu mendongeng setiap akan tidur. Gaya mendongeng saya yang super heboh ternyata juga disenangi oleh si teteh yang saat itu bekerja di rumah kami. Diam-diam ia suka ikut mendengarkan saat saya membacakan cerita untuk si kaka. Jika ayahnya memilih cerita dengan tema yang ‘berat’, maka saya akan memilih judul yang enteng-enteng saja. Kebanyakan berdasarkan buku-buku yang dulu saya beli *akhirnya.. bermanfaat juga*. Saking antusiasnya si kaka mendengarkan dongeng, bisa-bisa ia minta diceritakan 4-5 buku sebelum tidur. Kadang saat kami sudah mengantuk karena kebanyakan mengoceh ditambah ekspresi yang berlebihan, mata besarnya masih terlihat segar sama sekali, tidak terlihat tanda-tanda kan tidur. Oalaah.. Nak, tiduuur dong!

Antara si kaka dan saya, kami punya cerita favorit. Seperti kebanyakan anak perempuan, ia juga mengagumi segala sesuatu yang berbau putri, peri, dan bidadari. Penuh khayalan. Tetapi favorit kami adalah cerita ngawur mengenai kucing yang menjadi bahan gurauan sampai sekarang. Isinya seperti ini.. “Pada suatu hari, ada seekor kucing yang sangat cantik. Bulunya putih namanya Putri (nama ini request dari si kaka). Lengkap dengan intonasi yang heboh. Lalu dengan daya khayalnya si kaka akan menambahkan sendiri cerita itu..  ” Ma, kucingnya pake pita yang panjang terus pake kunciran rambut yang bagus ya?” Seperti putri atau peri. Hehe, mana ada kucing kayak gitu ya? Makanya saat dia sudah besar seperti sekarang ini, dia suka tersipu malu saat diingatkan tentang her own  story..

Tetapi urusan hobi mendongeng ini tidak terlalu berpengaruh pada si kecil. Jagoan ini tidak terlalu bersemangat saat dibacakan cerita. Ditambah-tambah saya seringnya ketiduran (ya ampun, Nak.. maafkanlah Mamamu yang nakal ini :D) saat membacakan buku. Lalu berakhir dengan si kecil yang kembali mengendap-ngendap keluar kamar untuk lanjut bermain kembali. Ga tau juga ya, apa ini memang biasa terjadi antara anak perempuan dan laki-laki? Akhirnya saya malah  suka meminta si kaka untuk membaca buku berbarengan dengan adiknya. Biar anteng berdua.

Saat si kaka sudah menjelang usia remaja seperti ini, rasanya saya agak kesulitan mencari buku-buku yang sesuai dengan usianya. Saya masih terinspirasi dengan serial anak-anak karya Enid Blyton, seperti serial Lima Sekawan, St. Claire, atau Malory Towers. Saya menghindari komik Manga dan memilih mencari cerita-cerita keluaran pengarang Indonesia, tapi sayangnya agak susah ditemui. Sehingga di usia muda, ia turut serta membaca buku-buku bagus seperti Totto Chan atau Si Cacing karya Ajarn Brahm (moga-moga ga keberatan ya Nak?). Untunglah dalam beberapa tahun ini, penerbit Mizan mengeluarkan serial Kecil Kecil Punya Karya (KKPK) yang semua pengarangnya rata-rata berusia 9-14 tahunan. Meski kadang banyak yang berupa fantasi, namun setidaknya para penulis cilik itu hebat karena sudah mampu menerbitkan karyanya di usia muda.

Suatu waktu saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah si kaka yang ternyata masih minim buku bacaan. Terhenyaklah.. bayangkan saja, sekolah itu adalah sekolah yang cukup dari segi ekonomi tapi koleksi perpustakaannya bisa dihitung dengan jari. Lantas bagaimana dengan sekolah-sekolah yang terletak entah di mana, yang gedungnya kadang disangga kayu, yang kelasnya dibagi antara pagi dan sore, atau yang atapnya bobrok tinggal menunggu saat jatuh? Miris ngebayanginnya..

Makanya tempo hari saya sempat bertanya-tanya atau mengajukan usul sekiranya ada yang punya sedikit koleksi buku yang pernah dibaca dan  ingin disumbangkan, kemana gerangan harus diberikan? Menunggu bazaar atau loakan menjelang Ramadhan? Takutnya buku-buku itu hanya dijual kiloan ke tukang loak dan jadi tidak terlalu berguna.

Kemudian saya salut dengan hasil karya para penulis dalam buku Peri-peri Bersayap Pelangi yang mempunyai misi mulia dan menyelenggarakan giveaway sejak beberapa waktu lalu *haha..kemana aja eike?*. Meski saya baru mengetahuinya saat ini, dan belum membaca bukunya namun saya berharap banyak agar kehadiran buku ini bisa membawa warna baru bagi dunia anak-anak. Agar anak-anak mau menghabiskan waktu dengan membaca buku lebih banyak. Bukan hanya terpesona dengan Vierra, Justin Bieber,  main game online di komputer, atau nonton Sponge Bob dan Untung Ada Sule tiap hari.. arrgh.  Asli, ini fenomena nyata yang terjadi di rumah. Dimana saya tiap hari berisik menyuruh anak-anak menghabiskan satu buku bacaan atau lebih baik bermain sepeda keliling komplek ketimbang anteng di depan tivi.

Kepada Punky Prayitno, dkk .. dengan ini saya mewakili ibu dari dua orang anak mengucapkan terima kasih banyak atas usaha dan karya kalian semua. Semoga niat baik dengan membuat buku amal ini diberi kemudahan jalan dengan banyaknya pembeli, menjadi buku yang laris manis,  dan diterbitkan sampai cetakan ke sekian. Amiiin.

Dan untuk teman-teman yang berminat turut serta mencerahkan dunia anak-anak, jika butuh informasi atau kontak untuk pemesanan buku,  silakan langsung meluncur aja ke sini: http://periperibersayappelangi.blogspot.com/ atau kesini:
http://galaksipungky.blogspot.com/2011/04/peri-peri-bersayap-pelangi-untuk-yang.html

Khusus untuk anak-anak Indonesia semuanya (terutama anak-anak Mama, Kaka dan Dede).. ayo biasakanlah untuk selalu membaca setiap hari. Sayang dong.. kalo buku-buku yang banyak banget itu jarang dibaca, nanti jadinya sia-sia. Kali-kali aja abis baca buku jadi bisa mimpi ketemu peri.. hihi

============================================================================================

Meski sudah telat karena terlalu asik mendalami ilmu kanuragan baru dan didiskualifikasi sebagai peserta.. biarlah postingan ini tetap didaftarkan dalam Giveaway Peri-peri Bersayap Pelangi yang diselenggarakan oleh galaksipungky (gapapa kan Pung?)

28 tanggapan untuk “Peri-peri dalam dongeng sebelum tidur

  1. ga pa2 bu, ga mesti harus diikut sertain dalam acara giveaway, lagian ulasannya bagus ko bu, baik untuk dinikmati kapan saja, bukan hanya untuk ajang kontes2 saja..
    saya juga prihatin dengan keadaan anak2 skarang, seolah-olah hak2 mereka telah dirampas..

    1. makanya Mab.. komputer selalui aku kuasai.. hihi.. ya nggak mau lah mereka game online-an mulu.. kok ga ada seru-serunya main ama temen sebaya..

  2. Buku emang asyik ya mbak dibacanya.. Kalau aku dr orang tua yg gak gemar buku sama sekali. Tapi aku malah sekarang merasa kurang klo gak ada bacaan setiap malam.. Ntar klo punya anak juga maunya mereka suka dan sering baca buku, coz tivi udah gak menghibur lagi deh, hahaha *ngalay dulu*

  3. Si Cacing karya Ajahn Brahm menurutku nggak berat malah Mba… Asik banget bacanya…
    Wah hebat deh si Kaka… Tetap rajin baca yah Kak! Nanti bikin buku! 😀

    Mba, usul… kadang2 bikin resensi dong ttg buku2 anak yg bagus,.. hehehe…

  4. bikin taman bacaan sendiri aja atuh, dengan koleksi buku2 yg ada. Ajak temen si kk + dede buat bareng2 baca buku di rumah. Sekali2 mamanya mendongeng buat mereka (kk + dede + teman2nya).
    eh bu, cek email ya ..

  5. ini bagus bangeeeet ulasannyaaaaaa *,*
    udah aku baca ya ibu sayang. udah aku setor ke juri juga. semoga menang 😀

    titip cium buat si jagoaaan :*

    1. ini pengalaman pribadi say.. gimana susahnya nyuruh anak-anak baca..hiiiks

      walaah. jagoan yang mana nih? yg tua apa yg masih bau kencur? hihi..

  6. wahh hebat yach anak2nya ketularan jadi senang membaca…..jadi pengen bacain dongeng juga utk ina nechh…selama ini aku lebih seneng nyanyi2 mom, soale aku ngga bisa mendongeng hehehe…..

  7. Semoga berjaya yah mbak di give away pungky, saya ketinggalan gak ikutan..hiks …:)
    jadi menengerti kenapa kak syafiq dan kak hilwa suka baca buku…:) mama-nya rajin beliin buku atau mendongeng untuk mereka..eh kalo kak syafiq yang rajin kak hilwa-nya kan hehehe….mendelegasikan tugas 🙂
    nice posting

Tinggalkan komentar