Edisi eksplorasi masih berlanjut. Mumpung masih libur. Kali ini saya akan melihat-lihat (lagi) ada apa di Bobae dan Chinatown (Yaowarat). Penasaran. Dulu hanya sekilas saja.
Walaupun sudah lebih dari 30 tahun Bobae market berfungsi sebagai pusat grosir garmen tertua dan terbesar di Bangkok, namun rasanya kita lebih familiar dengan Jatujak dan Pratunam. Dilihat dari penampakan mungkin kurang lebih bisa disetarakan dengan pasar Tanah Abang jaman dahulu (sebelum kebakaran) atau kalau menurut saya sih hampir mirip dengan Pasar Baru di Bandung. Meski tidak dikemas secara luxurious, tempat ini benar-benar surga buat belanja.
Terletak di Krung Kasem road, cara yang paling gampang untuk datang ke sini adalah dengan naik taksi dari BTS National Stadium. Atau naik tuktuk dari stasiun MRT Hua Lamphong dengan membayar 50 baht. Tapi kemarin kami naik bus AC 504 dan turun di Platinum mall, setelah Pratunam. Lalu jalan berbalik arah sampai bertemu jembatan untuk naik kapal yang beroperasi sepanjang klong. Btw, klong di sini berupa kali butek berwarna hitam yang bau, persis seperti di daerah Ancol. Banyak juga penumpang yang memakai jasa kapal klong ini, termasuk turis bule. Murah dan cepat. Lumayan, buat nambah pengalaman. Hanya 3 dermaga dari Pratunam, sekitar 10 menit dan hanya membayar 10 baht saja kami sudah mencapai dermaga Bobae. Tepat di belakang Bobae Tower.
Gambar no 2, saya copas dari situs bangkokpicture.com
Sebenarnya tempat ini penuh dengan berbagai jenis barang garmen, jadi saya tidak terlalu terpikir untuk mengambil gambar sana-sini. Kualitas dan harganya pun rasanya menurut pendapat pribadi lebih bagus dan lebih murah di tempat kita. Tidak tahu juga ya, kata lebih bagus mungkin karena saya mereferensikan pada kualitas bahan baju secara umum. Untuk baju murah meriah yang ditemui di pasar biasa bukan mall terkenal, biasanya mereka memakai bahan tissu bukan katun. Kebayang dong panasnya bagaimana? Tapi rasanya mereka nyaman-nyaman saja tuh.
Hanya saja yang paling menyenangkan buat saya adalah ketika bisa menemukan sebuah mesjid dan kawasan muslim di area tersebut. Wah rasanya, bisa sering-sering ke sini nih..
Area gang mesjid Mahanak ini bisa kita temui jika berjalan ke arah (apa ya namanya.. haha). Pokoknya dari komplek Bobae Tower, kita berjalan ke arah kanan menyusuri jalan utama. Tidak jauh, mungkin sekitar 100 m. Di dalamnya juga terdapat berbagai toko yang menjual pakaian muslim dan kedai makanan. Kedai tersebut terlihat biasa saja, mungkin seperti gerobak abang-abang tukang mie ayam yang mangkal di gang. Tapi entah mengapa, terasa nikmat sekali. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu makanan halal. Menu yang disajikan pun hanya tinggal sayur toge, ati rempela, dan ikan tongkol bumbu pedas. Rumahan sekali.
Setelah sholat dan makan siang, kami menyusuri toko-toko sepanjang jalan, sampai tiba di persimpangan besar dan memutuskan untuk sekalian jalan ke arah Chinatown. Kami naik tuktuk dengan membayar 50 baht ke arah Yaowarat. Rasanya harga segitu memang sudah standar, dari Hua Lamphong ke Bobae atau Yaowarat juga sama.
Yang namanya Chinatown, dimana-mana sama saja sepertinya. Tapi yang paling bagus jika kita menikmatinya di malam hari. Banyak lampu. Di sini yang paling terkenal adalah toko perhiasan emas, barang-barang impor serta obat/makanan China. Kebetulan hari Minggu kemarin, sedang berlangsung acara tertentu karena terdapat iringan Barongsai yang memacetkan lalu lintas. Di pinggir jalan banyak sekali kedai-kedai makanan bertebaran. Ada juga kedai makanan vegetarian yang kelihatan yummy banget, kapan-kapan nyoba ah..
Tak berlama-lama di Chinatown, kembali kami naik tuktuk ke stasiun Hua Lamphong. Berhubung kaki sudah terasa berat, maka pilihan naik MRT langsung menuju Jatujak Park paling tepat. Tiketnya 40 baht dan memakan waktu sekitar 20 menit untuk 13 stasiun. Tidak kapok untuk sekalian capek, maka perjalanan dilanjutkan dengan iseng masuk ke Jatujak di sore hari. Masih tetap ramai rupanya. Tidak ada yang dibeli sih, cuma putar-putar dan jajan squid egg bakar saja. Perjalanan dihentikan saat pinggang mendadak sakit karena kecapekan. Ya gitu deh.. semangat sih tinggi, tapi kemampuan terbatas.
Kira2 kalau di Jogja itu seperti Malioboro ya. Pusat perdagangan dan banyak lapak pedagang kaki lima.
persis.. yang di pinggiran jalanan itu lho
tapi kayaknya toko di malioboro malah lebih modern
barang-barnag yang dijajakan di pinggir jalan di sana murah-murah ngga sih, murah mana ma yang di Indonesia
jujur aja.. lebih murah di Ina dong
uyuhan ih, aku kmrn keliling jatujak wungkul meni cangkeul 😛
neng.. cangkeul mah urusan nomer dua..
abis pulang langsung pake balsem da..
minum antangin lagi, hihi
“biasanya mereka memakai bahan tissu bukan katun. Kebayang dong panasnya bagaimana?”
ada perbedaan selera ya mbak, antara disana dan disini ?
itu dia.. yg bikin aneh, pdhal kan sama2 panas
tp mereka kelihatan nyaman2 aja..
Hanya bisa memandang foto dan baca-baca perjalanan mbak Hilsya di Thailand nih.. Sambil bergumam, “kapan ya jalan-jalan ke sana..?” 😆
iya Mas.. cuma ini yang bisa diposting
sedang edisi Thai..
aduh beberapa blogger bahas bangkok hari ini 🙄 pengen.
kalo aku sih karena ga punya bahasan lain kali ya.. 🙂
suasananya mirip indonesia banget ya mbak…
persis.. cuma beda bagian tulisan cacingnya doang 🙂
sekilas suasananya kayak china town di singapur mbak 🙂
Yaowarat? iya..
perasaan dimana-mana chinatown kayaknya sama semua ya..
wah lebih murah dari pasar baru atau tanah abang?? dengan kualitas bagus?? hmmm surga belanja dong mbak..:)
gimana mbak dah kirim email ke itu?? jadi bisa sejenak tengok tanah air?? semoga semuanya lancar yah mbak 🙂
ngga juga sih
hampir sama bahkan mungkin masih lebih murah di kita kalo dibanding dengan kualitas bahan lho ya..
Padahal kalo diatur rapih tanah abang gak kalah ya Mba untuk urusan tekstil. Banyak banget pilihan.
Kawasan muslimnya oke juga kelihatannya Mba. Bersih dan teratur ya tempatnya…
Tanah Abang sekarang jauh lebih bagus..
kalo yg di sini persis kayak jaman dulu..
sukaaa banget baca postingan kayak gini
serasa bener2 diajak lan jalan oleh Hilsya 🙂
foto2nya juga bagus dan keren2…..
love u
salam
iya bunda.. masih jalan2 mulu tulisannya
cuma sekedar berbagi sih 🙂
wah, surprise dong ya Hilsya , ketemu masjid disana 🙂
salam
iya bunda, rasanya langsung semangat kalo ke sini
paket all in deh, biarin makannya di pinggir gang juga.. hehe
belum cerita shoppingnya nih bun 🙂 sudah numpuk atau nunggu mau pulang? hehehe kepo aja ya aku
aku ga terlalu seneng belanja, Lid
*bohoooong, hahahah*
lebih “china” di pontianak dan singkawang kayaknya ya mbak.. daripada china town disana.. hehehehe
yoii, Nie..
temen chinese aku juga bilang gitu
mending nonton barongsai deket rumahnya aja katanya
wah edisi eksplorasi nya manteb banget … ditunggu edisi berikutnya …
menyusul…
males ngetiknya