Cerita Ramadhan : Berbuka puasa di FICT

Menyambung postingan sebelumnya, seminggu lalu akhirnya kesampaian juga menikmati suasana Ramadhan di Islamic Center Thailand. Saya pergi sendiri dari residence, janjian bertemu teman di stasiun Ramkhamhaeng. Penasaran, mumpung masih di Bangkok.

Setiap bulan Ramadhan, suasana Islamic Center diwarnai dengan bazaar yang dinamai Ramadhan City. Tentunya menjadi hal yang menyenangkan karena banyak tenda penjual makanan, minuman dan pakaian. Kalau soal sandang, jenis pakaian yang dipakai kebanyakan muslimah Thailand adalah baju gamis berwarna hitam dengan berbagai model dilengkapi kerudung hitam atau dengan variasi warna lainnya. Bahannya seperti dari kain tissu, bukan katun. Cenderung banyak dipengaruhi oleh gaya Melayu yang berenda-renda. Rasanya tidak banyak ditemui di Indonesia. Secara pribadi kebetulan tidak terlalu suka warna hitam dan benar-benar berbeda selera. Lagipun harganya juga lumayan mahal buat saya. Mendadak jadi sangat cinta produk Indonesia.

Selain melihat suasana bazaar, yang menarik tentunya acara berburu makanan. Seperti biasa, kebanyakan orang puasa selalu menuruti hawa nafsu untuk membeli ini itu untuk acara berbuka. Jadi di meja-meja tempat berbuka mereka sudah menjejerkan berbagai jenis makanan hasil buruan sendiri dengan porsi lumayan. Padahal dalam acara buka puasa ini juga disediakan makanan ringan dan berat gratis.

Di lantai dasar bagian bawah masjid, mereka menyediakan banyak meja bundar dilengkapi 8  kursi plastik. Jadi sistemnya bukan tipe lesehan. Di tiap meja disediakan sepisin kurma dan sirup dingin untuk berbuka, ditambah sebungkus roti tawar plus kari kacang polong. Kabarnya menu berbuka di hari biasa lebih banyak dan lebih mewah dibanding weekend. Ketika adzan Maghrib berkumandang, kami berbuka dengan menu tadi dan tak lama bersiap untuk shalat berjamaah. Selesai sholat, menu utama sudah tersedia di tiap meja ditambah sebakul nasi goreng. Alhamdulillah.

1001392_10200991498583982_1595150632_nMenu favorit saya, cuma satu. Ikan asiiiin….

Sepertinya cuma sedikit porsi tiap meja ini, tidak cukup untuk berdelapan orang. Tapi junior saya yang setiap hari memasak sarden dan mie berhasil membungkus nasi dan ayam kari berikut ikan asin untuk bekal sahur. Maklum, anak kos.

Hanya saja jadi kepikiran, ketika akan pulang melihat meja berantakan ditinggalkan begitu saja oleh para jamaah yang selesai berbuka. Tanpa dirapikan. Kasihan kan ya, melihat petugasnya… #naluri emak-emak langsung bebenah. Tapi insya Allah, mereka ikhlas dan diberi balasan lebih banyak.

22 tanggapan untuk “Cerita Ramadhan : Berbuka puasa di FICT

  1. wah mbak aku udah baca dan koment via samsung tadi pagi…walah lost connection mulu..yo wis disempatkan sekarang bw …disela cangkulan..
    itu buahnya nanas yah…weleh ada ikan asin juga…kesukaanku juga sama sambel nasi nya anget..wis gak usah daging dagingan atau rendang..gitu aja wis mak nyus..:)

Tinggalkan Balasan ke mama hilsya Batalkan balasan