Back home

Jarum jam terus bergerak maju, detik demi detik. Saya semakin setengah hati. Hujan juga tak berhenti turun sedari pagi. Meski tak deras namun cukup awet. Tak lama baru saja, hujan reda. Mungkin ia memberi saya kesempatan untuk bisa melangkah di luar tanpa harus kedinginan. Tetapi mendung tetap menggayut di langit sana. Gelap.

Berada di rumah ternyata tidak membuat saya bisa berpikiran santai dan tenang. Buku yang saya bawapun sukses berada di bawah bantal selama 2 minggu tak tersentuh. Di sini saya kembali menghadapi banyak realitas yang meski tidak langsung tentang saya, tetapi tetap saja berputar-putar di kepala. Terlalu banyak yang harus dipikirkan.

Pesawat saya masih lama, sekitar jam 5 sore. Tetapi saya harus mulai bersiap dan meninggalkan rumah sejak jam 1 siang. Entah seperti apa perasaan campur aduk ini. Dalam porsi keluarga inti, antara haru lalu tega tak tega melepas anak-anak untuk jadi lebih mandiri dengan berbagai kondisi atau memikirkan ini itu dalam konsep keluarga yang lebih luas.

Saya mengemas kartu ucapan dari anak-anak, membiarkan mereka mengambil gambar di kamera, saling menyuapi, memandori mereka membereskan peralatan untuk sekolah besok, memberi minum obat (kami sekeluarga semua batuk), memberi banyak petuah-wejangan-instruksi serta banyak hal lainnya.

Saya dengan keengganan, suka tidak suka, harus kembali ke habitat sementara saya. Bolak-balik saya meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Ya saya, anak-anak, keluarga, semuanya.

Selamat tinggal rumah….

28 tanggapan untuk “Back home

  1. Melaju terus mama Hilsya, tak kan lama lagi tugas studi terampungkan dengan baik, keluarga di rumah juga di tangan kapten yang hebat dan tepat. Salam

Tinggalkan Balasan ke mama hilsya Batalkan balasan