Transe

Sebenarnya saat ini saya dalam posisi terjepit. Pasalnya, di antara teman sekelas cuma saya yang belum menyeburkan diri ke ranah riset. Meski ide dan proyek sudah dikantongi, tapi saya tidak tahu apa-apa. Tak terbayang. Lagipun, advisor saya bilang you’re not goin’ to work within three months, just finish the lectures! Bwahaha.. kesempatan. Jujur saja, saya bosan ada di lab. Cepat capek. Mungkin sekarang juga harus banyak belajar lagi, tapi nantilah. Biar saja deh, saya bersenang-senang dahulu menginap di lab kemudian..haha. Secara, kami masih punya 17 kredit lagi yang tersisa. Materinya tentu saja meskipun bukan compulsory, kami tetap harus ikut juga.

Tapi tentu saja saya tak ingin berleha-leha. Saya harus memulai sesuatu. Kebetulan senior saya menghibahkan sekardus jurnal satu topik berikut proposal dan edisi perbaikan laporan. Asli, ini sangat membantu. Terhitung sejak pulang dari Ina, saya mulai menulis.

Gampang?

Heuu.. segitu contekan ada di depan mata, tetap saja kadang halaman word itu tak bertambah. Selain dihadang oleh ketidakmampuan Scientific English, kami juga diharuskan jauh dari plagiarisme. Susah! Tak ada guna rasanya, membuat ratusan postingan *meski tak jelas* di dunia maya 🙂

Pernah seharian *lebih tepatnya mungkin cuma 4-5 jam, sisanya lari-lari ke situs lain*, saya cuma bolak-balik mengunduh jurnal. Ini juga membuat bingung. Sebegitu banyak, kapan selesai dibacanya? Walhasil, sampai saat ini baru familiar dengan judulnya saja. Lalu seharian pula, berkutat dengan EndNote untuk citing article di referensi. Entri artikel bisa dilakukan secara online maupun manual. Hayo, siapa yang familiar dengan EndNote, ngacung!

Perkara citing ini juga cukup membuat ribet emak-emak gaptek. Sudah berhasil diunduh tapi tidak bisa diimport. Bolak-balik tetap tidak bisa padahal sebelumnya bisa. Pasti saya yang salah, bukan programnya. Daripada tidak terisi, akhirnya saya mengisi manual. Lama banget, satu per satu. Duh, Gusti.. tidak enak ternyata jadi orang tidak tahu itu.

Sambil bertekad mengumpulkan referensi biasanya saya lari ke situs Youtube. Saya cuma ingin kamar saya terasa ramai. Kalau biasanya aliran KPop selera abg *emang ihiir banget* yang terdengar, kali ini saya balik ke selera lama. Selera aneh kata teman saya. Pilihan kali ini adalah sedang ingin bersamba ria bersama Djavan. Saya pilih video youtube mix tanpa menaruh perhatian. Asal bunyi. Tiba-tiba, saya seperti merasa familiar sekali dengan yang satu ini. Judulnya Transe, artinya trance.

Memang dasarnya cinta mati pada yang sengau seksi, saya suka sekali dengan bahasa Portugis meski hanya mengerti satu dua vocab. Akhirnya bermodal google translate, saya mencari artinya. Lalu tertawa cekikikan sendiri. Ditambah inipun ternyata lagu lama tahun 1984, jaman masih piyik.

Abra o seu coração. Que eu quero passar, andar de trem…
Flores beijando o chão. Pedras a sonhar tudo em transe de amor

As carícias virão. Soltas pelo ar vindas do além
E no meu coração. Ou qualquer lugar tudo brilhará também

Ali onde o ar beira a luz. Todo encanto vai navegar. No decorrer de uma paixão

Tempestade nasce no vento. Cresce e se faz mulher, pra me levar. Pra ilusão

Abra o seu coração. Que eu quero passar, andar de trem…
Flechas de solidão. Cantam pra saudar, noites de luar. Em vão

Bukan. Saya tidak menertawakan isi lirik lagu yang terdengar catchy ini, tapi kaget melihat terjemahan Indonesianya. Inggris malah masih lebih enak dibaca. Abra o seu coração : open your heart, que eu quero passar, andar de trem : i wanna go, riding a train.. dan sebagainya. Tak terbayang rasanya kalau ide ingin pergi naik kereta api dijadikan lirik lagu cinta.

Tapi meski begitu, sepertinya saya agak-agak transe juga. Bagaimana tidak, karena mentok tak tahu harus menulis apalagi, saya malah sudah menulis acknowlegment, dan kawan-kawan.Haha…

Ingin cepat kelaaar!