Cinta dari kejauhan

Saya menari?

Tenang. Bukan sama sekali.

Sepertinya saya memang tidak ditakdirkan untuk punya sedikit kelebihan di bidang seni. Mungkin karena  lingkungan tidak mendukung saya untuk lebih tertarik pada hal-hal tersebut. Dan terbukti akhirnya ketika dewasa saya mengambil jalur pendidikan maupun memilih pekerjaan yang bersifat saintik.

Tetapi ada saat dimana saya menyesal, saya tidak pernah belajar menari secara sungguh-sungguh. Terutama untuk tari jaipong pada era 80-90an sangat populer. Hampir 50% teman sepermainan saya di masa kecil pernah belajar dan menguasai tari jaipong. Tari kebanggaan orang Sunda. Sampai kuliah saya tinggal di tanah Parahyangan dan bergeser sedikit ke barat saat berkeluarga.

Tari jaipong adalah salah satu tari populer yang berasal dari bumi Pajajaran. Salah satu tarian energik dengan dinamisasi tak terkalahkan. Kelenturannya tak perlu dipertanyakan. Keseksiannya bisa dibilang menggoda. Tapi tak perlulah menitikberatkan pada satu sisi. Cukup dengan menghargai karya seni budaya bangsa yang luar biasa.

gambar dicopas dari sini

Momen itu misalnya ketika saya diberi kesempatan untuk mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri dalam suatu acara pertemuan internasional, tapi ternyata saya tidak bisa naik ke atas pentas karena tidak bisa apa-apa.

Menyedihkan… Poor me!

Seperti kemarin saat kami berkesempatan untuk mempelajari budaya Thailand secara singkat sambil diajari simple Thai dance. Lagi-lagi saya teringat masa-masa kehilangan momen untuk belajar salah satu tari daerah Indonesia. Meski tarian Thai yang kami pelajari sangat sederhana tetap saja gerak tangan dan badan ini terlihat tidak lentur. Kaku, blas!

Saya jadi tidak bisa ‘pamer’ kalau tarian-tarian Indonesia itu sangat indah dan akan membuat penonton terpesona!

Hwadeuuh.. niatnya itu lho?

Saat belajar budaya orang lain itulah, saya jadi lebih menghargai budaya negeri sendiri. Betapa kaya dan begitu banyak variasi. Dari sini saya melihat dengan langkah sederhana saja mereka bisa sangat apresiatif terhadap budayanya, mengapa saya yang notabene orang Indonesia tidak mencintai tradisi dan budaya negeri sendiri yang melimpah ruah.

Merasa terlambat karena sudah tua? Hehe.. mungkin juga. Jika ingin berlatih menari, tidak mudah rasanya melenturkan diri di saat semua anggota badan sudah terbentuk kaku.

Saya berusaha untuk tidak membandingkan gerak langkah tarian antara dua negara. Namun ketika melihat mereka tampil dengan sangat indah membuat saya jadi merasa sedih karena saya tidak bisa membuat orang lain kagum akan budaya Indonesia. Thai classical dance ini terlihat sangat menarik.

Dan terus terang, saya jadi kangen dengan tari jaipong yang dinamis energetik luar biasa dan cenderung berkonotasi seksi. Kangen dengan hentakan irama gendang yang menyenangkan. Kangen pada irama “daun pulus keser bojong“nya Ibu Idjah Hadidjah.

Sayangnya saya tidak menemukan tarian yang pas atau familiar, karena rata-rata tiap grup menampilkan performa yang berbeda. Namun cukuplah tembang ini membawa saya kepada masa yang indah.

Oh, iya.. saya tak akan mengulas banyak tentang asal usul tarian ini. Saya tidak punya kapabilitas. Namun saya menemukan artikel menarik tentang tari jaipong di sini. Dari situ juga saya baru mengetahui jika jaipong berasal dari Karawang.

Jika sedang jauh begini, baru terasa sekali cinta akan Indonesia.

Ayo.. generasi muda selamatkan budaya bangsa!

Lalu yang sudah dewasa (mau bilang tua kok ga tega) ngapain ya? 🙂

*kirim artikel ke tempat Pakdhe… memberi dukungan! Fighting!*

==============

Artikel ini diikutsertakan dalam Jambore On the Blog 2012 Edisi Khusus bertajuk Lestarikan Budaya Indonesia.

21 tanggapan untuk “Cinta dari kejauhan

  1. Indonesia memang kaya dengan warisan budaya, namun seringkali justru kita sendiri yang tidak mau melestarikannya. Ketika sudah di klaim bangsa lain, baru kita tersadar … 🙂
    Semoga sukes ngontesnya …
    Salam

  2. wah mbak ikutan yah..:)
    sama mbak..nggak ada jiwa seni blas…..ikutan sih les les gitu dulu kecil sampai mentas mentas..tapi asli nggak gimana gitu…yo sekedar ikutan…
    semoga sukses kontesnya yah..

  3. whoaaaa…kontes Pakde merajalela dimana mana sampai ke Thailand…hihihi…

    dulu aku belajar jaipong juga lho mba…

    Sampai sekarang kayaknya masih hapal gerakan Lindeuk Japati deh…hihihi…

    1. pas ada waktu luang buat nulis

      sisanya ngubek-ngubek jurnal yg kaga ketangkep isinya apakah gerangan itu..
      perform atuh Ry..
      suka sirsak ih ama yg jago nari…

  4. aih, aku pernah belajar si daun pulus itu, tapi skr udah lupa lagi gerakannya. Tari topeng cirebon juga pernah belajar, tp nasibnya sama .. lupaaaa ….

  5. aku dulu penari jepin mbak.. jaman masih sma.. dan terakhir itu nari jaman kuliah.. nari tarian dayak gt deh.. tapi klo sekarang disuruh nari aku gak bisa ding.. udah lupa gerakannya ~_~

Tinggalkan Balasan ke mama hilsya Batalkan balasan