Urusan dokumen

Sebagai orang yang biasa-biasa saja, saya cenderung tidak punya banyak pengalaman unik. Semuanya serba datar. Terutama yang berhubungan dengan dokumen. Biasanya tinggal bayar dan terima beres.

Tapi di sini semuanya harus serba diurus sendiri.

Kedatangan saya ke sini menggunakan paspor hijau yang nyaris expired kurang dari 6 bulan. Paspor biru yang saya urus sendiri dengan susah payah melewati berbagai birokrasi saya tinggalkan di langkah tinggal menyerahkan surat dinas kepada Deplu untuk mendapatkan ijin pergi ke luar negeri. Tenggatnya keburu mepet karena kelamaan menunggu surat ijin dari kantor saya tercinta. Jadi saya membuat visa tinggal di sini dalam paspor hijau dengan membayar $80. Jika memakai paspor biru, biaya visa gratis.

Visa ini masuk ke dalam kategori non F. Saya juga kurang tahu kenapa tidak masuk ED dari Indonesia. Jadi di awal masuk semester pertama semua paspor dikumpulkan dan pengurusan imigrasi biasanya dilakukan pihak akademi.  Kami tinggal terima beres sampai tahun 2014.

Balik lagi masalah paspor saya yang kadaluarsa. Pihak imigrasi hanya mengetok stempel visa tinggal sampai batas expired. Jadi saya harus membuat paspor baru di sini.

Sewaktu awal melapor kedatangan di kedutaan, saya sudah mempersiapkan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk membuat paspor di KBRI. Jadi persyaratannya : fotocopy masing-masing paspor lama, KTP, akte kelahiran, ijazah, surat nikah, surat dari akademi (jika ada), mengisi formulir pembuatan paspor baru di KBRI, serta foto 4×6. Biayanya $25 untuk paspor 48 halaman. Dan harus diserahkan sebelum jam 12 siang. Waktu kerja 2 hari.

Dengan pede, saya menitipkan semua dokumen pada teman yang kebetulan ada di sekitar kedutaan. Ternyata ditolak. Yang datang harus pihak yang bersangkutan dan latar belakang foto harus merah. Saya memakai yang putih karena biasanya paspor biru berlatar putih. Lantas saya intip paspor lama saya, latarnya biru dan langsung foto di tempat. Waktu itu di kantor imigrasi Jakarta Selatan. Bayarnya sekitar 500 ribu, jaman masih memakai calo. Kalau sekarang kan diurus sendiri, harga langsung tereduksi hampir 50%.

Jadi saya bolak-balik dari Laksi – Pratunam – Laksi. Perjalanan berpanas-panas sekitar 1 jam, sampai di kedutaan kurang dari 10 menit. Tidak  memakai  bonus acara belanja ke Pratunam *insyaf*.

Singkat cerita paspor hijau kedua saya akhirnya jadi juga. Issued-nya di KBRI Bangkok. Lengkap dengan aib 5 tahun berisi foto identitas yang aneh karena si tukang foto melakukan banyak touch up sampai muka saya kelihatan putih banget. Pokoknya benar-benar nipu deh, haha..

Cerita selanjutnya adalah transfer stempel visa dari paspor lama ke paspor baru dan membuat re-entry visa. Kami pergi ke komplek Government Office di Chaengwattana, dekat dari kampus. Bisa naik bis no 52 dari halte Grand Miracle dengan tiket 8 baht. Naik taksipun hanya membayar 50 baht. Gedungnya luar biasa megah, seperti komplek perkantoran terpadu. Pelayanan di imigrasi terlihat rapi dan terstruktur. Bagus.

cr@globaltravelmate.com

Berdasarkan informasi yang saya tangkap dari pihak akademi, katanya visa di paspor lama bisa dilekatkan ke dalam paspor baru. Imajinasi saya waktu itu adalah lembaran visa digunting lalu ditempel atau distaples ke paspor baru. Tetapi karena saya curiga akan daya tangkap saya, jadi  paspor itu dibiarkan saja dan langsung dibawa ke imigrasi setempat.

Ternyataaa… hahaha *jadi pengen ketawa sendiri*

Di sana kita harus menyiapkan dokumen untuk pemindahan stempel visa, antara lain : mengisi formulir transfer visa, sertifikat dari kedutaan (jika ada), fotocopy masing-masing paspor lama dengan foto, paspor baru dengan foto, stempel kedatangan terakhir, stempel visa, last extend visa di paspor, lalu TM card (formulir departure). Tidak ada biaya tambahan.

Baca : bukan sekedar digunting dan ditempel begitu saja. Lagian imajinasinya ajaib banget ya? *ketawa guling-guling*

Proses transfer visa ini lumayan cepat. Kurang dari 1 jam. Yang membuat saya bolak-balik ke tempat fotokopi adalah karena tidak langsung fotokopi untuk dokumen pembuatan re-entry visa. Biasaa, tidak teliti!

Setelah nyaris mepet jam makan siang untuk memasukkan berkas, saya datang ke konter dengan membawa paspor asli, fotokopi paspor, last extend visa, dan TM card (lembar departure), plus biaya 1000 baht untuk single entry atau 3800 baht untuk multiple entry.

Dan setelah menunggu sekitar 1 jam. 20 menit akhirnya re-entry visa saya selesai juga. Alhamdulillah.

Banyak sih cerita seru dan memalukan kali ini, tapi sengaja tidak dibahas lebih detil 🙂

Intinya memang segala sesuatu itu harus belajar dari pengalaman. Secara pula ya, semua ini baru pertama kali buat saya.