Kyaaa… posting kejar tayang edisi kelayapan, mumpung masih fresh from the oven dan tanggal cantik 12-12-12.. *random banget*
Jadi setelah kemarinnya sampai di residence dari trip Khao Yai jam 8 malam, maka esoknya pada hari Senin agenda perjalanan sudah menanti. Kebetulan libur panjang.
Sekitar jam 6 pagi, kami sudah naik bis menuju Victory Monument. Kami menunggu di halte sekitar Rajavithi Hospital. Biasanya van yang akan membawa penumpang ke luar kota dimulai jam 7 pagi. Kami pergi berlima, 3 teman sekelas, satu lagi teman akrabnya teman saya yang memang sering pergi berbarengan, Pook. Teman Ina saya sendiri malah tidak jadi ikut. Aih, malah ngomongin teman…
Yuk dimulai..
Kami mencari van tujuan Lopburi dan membayar 120 baht per orang. Perjalanan kesana sekitar 2 jam tetapi drivernya ngebut. Kurang dari jam 10 sudah sampai di kota Lopburi, van berhenti di depan satani (stasiun) Lopburi.
Menunggu sekitar 10 menit, kami dijemput Noon dan P’ Iyou dengan song thaew. Jadi song thaew adalah kendaraan pribadi yang membawa kami berkeliling di Lopburi.
Btw, cerita tentang sejarah Lopburi-nya nanti saja ya.. di sesi kedua *kalau inget, haha*
Singkat cerita, Lopburi dikenal dengan ladang bunga matahari yang melimpah ruah. Biasanya berada di distrik Muang, Patthananikhom atau Chaibadan. Kalau ditanya saya dimana, saya menjawab jujur. Tidak tahu. Yang jelas patokan saya adalah pegunungan Jin Lei. Sekitar 30 menit dari pusat kota tanpa macet.
Sesampainya di TKP kami menganga. Takjub. Subhanallah. Indaaah banget.
Bunga matahari ini bersifat musiman. Paling bagus dikunjungi saat musim dingin. Dimulai bulan November sampai Januari. Setiap tahun keindahan bunga matahari berwarna kuning yang mekar bersamaan terlihat sangat cantik dipadu latar belakang pegunungan Jin Lei dan langit biru.
Awalnya bunga matahari ini hanya ditanam untuk dekorasi halaman. Tetapi akhirnya menjadi tanaman komersial untuk menghasilkan biji dan minyak bunga matahari. Penduduk setempat memanfaatkan lahan ini sebagai tempat atraksi turis. Kami hanya membayar biaya parkir 20 baht Tidak ada tiket masuk alias gratis.
Di sepanjang sisi ladang, terdapat berbagai kios penjaja bernuansa bunga matahari. Pernak-pernik, kaos, oleh-oleh, terutama kuaci. Dijual bervariasi dari mulai 35, 50, 100 baht. Ngeborong judulnya.
Hanya sekitar 1 jam berkeliling ladang karena matahari sudah mulai tinggi. Meski udaranya dingin, tetap saja terasa panas menyengat. Seketika wajah saya langsung bertambah hitam *emang aslinya*. Padahal sudah didukung sunblock SPF50, topi, plus kacamata UV 39 baht hasil berburu di Jatujak kemarin *kurang mahal kayaknya tuh, hihi*
Sesi selanjutnya, makan siang. Sekitar 15 menit kami menuju kawasan Ang Sab lake. Kalau di Bogor sih, seperti Lido mungkin ya. Malah lebih sederhana. Singgah di warung-warung tepi danau sambil menikmati suasana danau disertai semilir angin.
Ada satu porsi tom yam goong yang tidak terfoto. Di sini kami ditantang untuk makan somtam dengan fermented fish. Sejenis irisan pepaya muda yang dibumbui cabe, cuka, ketam, dan ikan asin. Biasanya saya tahan makan somtam dengan kadar rawit <5 buah. Tapi kalau yang ini nyerah. Sampai bercucuran air mata makannya, padahal sudah pesan less spicy.
Sungguh perjalanan yang menyenangkan. Kami hanya membayar 100 baht untuk makan dan 100 baht untuk sewa song thaew sampai kembali ke kota jam 2 lewat. Harus bersegera kembali ke Bangkok sebelum dilanda kemacetan karena libur panjang.