Edisi seputar Khao Yai

Akhirnyaaa… kesampaian juga jalan-jalan (lagi) ke luar kota Bangkok.

Berhubung teman akrab saya satu alumni institusi datang berkunjung selama dua minggu untuk training, maka agenda saya kali ini adalah ikut menyusuri napak tilas tempat belanja dan tempat-tempat menarik dalam kota. Syukur-syukur kalau bisa pergi ke luar kota *devil mode on*.

Perkara banyak peer, tenang saja.. semua sudah dicicil dari jauh-jauh hari dan saya membaca materi sedikit-sedikit supaya tidak terlalu berimaginasi liar atau kosong melompong.

Kebetulan teman saya ini termasuk tante-tante yang gaul, supel, dan mau bergabung dengan siapa saja. Tidak seperti saya yang cenderung pendiam. Maka dialah yang memperkenalkan saya kepada teman-teman anggota pekumpulan mahasiswa di Thailand. Dia pun lumayan mahir berkomunikasi dalam bahasa Thai, apalagi jika sudah masuk Jatujak.

Baiklah, cerita perjalanan hari Sabtu kemarin sebenarnya simpel. Teman saya berkirim pesan pada teman lamanya di AIT, dan singkat cerita kami diajak bergabung untuk ikut ke Khao Yai.

Khao Yai sendiri  merupakan area di Northeast Thailand, suatu daerah pegunungan dan disana terdapat sebuah  National Park terkenal. Berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Bangkok coret aka Pathumthani. Biasanya banyak orang datang kesana untuk mengikuti kegiatan outdoor, seperti kemping atau panjat tebing.

Berhubung berstatus sebagai penumpang gelap dan buta informasi, saya manut saja hendak dibawa kemana. Setelah secara seksama mengami suasana alam sekitar, saya baru ngeh jika Khao Yai ini hampir serupa dengan daerah Bukit tinggi, Puncak, atau Lembang. Dan tak lama van yang membawa kami berhenti di suatu tempat, seperti kawasan pertokoan restoran. Namanya Palio.

Penuh rasa penasaran kami memasuki area itu. Tidak terlalu luas tapi semua arsitektur dibangun bernuansa Italia. Dengan warna tembok terakota, banyak patung dan air mancur. Sayangnya tak ada gondola.

palioYup sebenarnya saya juga bingung ada apa gerangan disana. Kami hanya berputar-putar mencari spot foto yang bagus lalu duduk berteduh karena matahari mulai tinggi. Sementara satu per satu kendaraan berdatangan ke tempat ini sambil membawa penumpang. tempat parkir penuh apalagi menjelang siang.

Baiklah, pindah ke titik selanjutnya. The Smoke House, yang berjarak sekitar 20 menit dari Palio.

smoke houseBiasanya semua upload foto saya tidak pernah memakai watermark, tapi kali ini rasanya sayang saja jika tidak ditandai. Pengambilan gambar masih tetap memakai kamera Sony pinjaman. Tidak seperti anak mahasiswa muda yang berlomba-lomba menenteng DSLR *jadi sirsak gara-gara ga bisa pake dan ga mampu beli*

Ada apa di dalam The Smoke House?

Ternyata hanya restoran dan tempat penjualan bahan organik serta wine dari berbagai tahun koleksi. Dan teman-teman itu hanya masuk untuk menumpang foto saja. Selesai 30 menit lalu keluar lagi, haha..Ampun!

smokehouse 2Titik selanjutnya bergeser menuju Chokchai Farm. Sebuah area yang menyerupai Cimory di Puncak. Karena sudah waktunya makan siang, banyak sekali orang yang datang kesini. Tempat parkir penuh total. Bahkan sampai berbis-bis. Double decker pula.

Saya bingung sebenarnya ada apa sih disini?

Sepertinya sebuah konsep wisata peternakan yang dikemas satu paket. Kabarnya jika masuk ke dalam farm, harga tiket masuknya lumayan. Tetapi kami disini hanya menumpang makan di sana. Sambil dipandangi orang-orang lokal, karena cuma grup kami yang dengan pedenya menggelar tikar, hihi..

chokchaiBegitulah.. Saya hanya manggut-manggut, tidak bisa mengomentari apapun *ga ada ide*

Menyenangkan sih karena tidak lagi merasa penasaran dengan tempat-tempat yang dipromosikan secara gencar, tapi ternyata saat kita di sana hanya yaa.. begitu saja. Mungkin karena kita sudah pernah terbiasa melihat hal-hal seperti ini.

Jika di tempat kita, kira-kira dimana saja ya?

Tapi alhamdulillah banget, saya hanya membayar 150 baht kok untuk perjalanan ini.