Berpanas ria di Koh Kret

Pernah mendengar Koh Kret?

Koh Kret terletak di tengah sungai Chao Phraya yang termasuk ke dalam propinsi Nonthaburi. Ko atau Koh dalam bahasa Thai berarti pulau. Pulau Kret merupakan tempat tinggal etnis Mons yang terkenal dengan industri keramiknya. Disini masih dibuat keramik merah khas daerah Koh kret yang disebut Hai. Keramik handmade tersebut dikenal sebagai keramik terbaik tanpa glazir. Selain itu, Koh kret juga terkenal akan penganan khas Thai yang disebut Khanom dan tentu saja sejumlah temple bergaya etnis Mon. Pulau ini bisa dikategorikan sebagai contoh traditional way of life masyarakat setempat.

Untuk menuju Koh Kret, biasanya pengunjung berangkat dari Sanam Hua Pier dan naik kapal langsung. Tetapi berhubung kami berokasi di Laksi, maka kami naik bus non AC no 52 dari arah Victory Monument tujuan Pak Kret hanya dengan membayar ongkos 8 baht. Kami turun sebelum bus berputar arah balik menuju Bangkok. Tepatnya di depan supermarket Tesco Lotus, ada jalan di sebelah kiri dan kita ikuti sampai sekitar 300 m. Bisa juga ditempuh dengan ojek atau becak yang mangkal di ujung jalan. Setelah melewati belokan pertama, kita menyebrang jalan dan masuk ke area pier untuk menyebrang ke pulau. Dengan 2 baht yang dibayarkan pada saat sampai di pulau, tidak lebih dari 5 menit kami menjejakkan kaki di Koh Kret.

Dan mulailah kami bereksplorasi.

Sejak seminggu ini, udara terasa sangat panas. Luar biasa. Berhubung selama trip sebelumnya kami sudah mabok temple karena terlalu banyak wat yang dikunjungi, maka di Koh Kret kami malah jadi asyik berbelanja, haha.. Tidak tertarik untuk belanja keramik, tetapi mencicipi kuliner setempat. Di sini tak henti-hentinya tiap kedai dikunjungi, tetapi yang paling menarik tentu saja aneka makanan kecil. Khanom yang luar biasa manis dan juga fried flowers. Iya aneka bunga goreng crispy, crunchy, dan aroii mak dengan cocolan sambal khas Thailand yang manis pedas. Makan bunga gini berasa jadi alm Suzanna yang hobi makan melati, hehe. Tapi di sini matang, digoreng dengan tepung bak tempura. Harganya bervariasi, dari 20 baht untuk mangkok kecil atau 50 baht untuk porsi lebih banyak. Bunga yang digoreng itu antara lain bunga soka, kecubung, terompet, pacar, dan bugenville (itu yang saya kenal). Lainnya tidak tahu. Penasaran? Ini dia penampakannya..

Khanom, kue-kue kecil khas Thai, satunya seharga 5 baht. Cantik penampakannya tapi rasanya muanis banget. Saya tidak terlalu suka. Lebih-lebih karena rata-rata diberi essence melati, jadi horor deh. Tidak biasa memakan sesuatu yang bau melati. Ada pula penganan yang terbuat dari kuning telur yang luar biasa manis, saya lupa namanya. Susah nyebutnya, lol.Sebenarnya konsep wisata keliling pulau ini bisa dibilang sederhana. Di sepanjang jalan banyak terdapat kios berbagai jenis makanan maupun pakaian. Harganya sama saja dengan di tempat lain, tetapi entah mengapa meski disinari panas terik luar biasa tetap saja menyenangkan. Karena terlalu asyik belanja yang aneh-aneh, akhirnya kami malah men-skip perjalanan dari wat ke wat dan hampir lupa pada ikon Koh Kret sesungguhnya. Sebuah chedi miring berselimut kain merah yang terletak di pinggir pulau.

Ya, inilah edisi jalan-jalan terakhir keliling Bangkok yang berlangsung sebulan ini. Sebetulnya masih ada postingan dari mall ke mall *ups*, tapi rasanya sama saja. Jujur, agak aneh menyadari bahwa  eksplorasi akan segera berakhir dan kami kembali pada aktivitas semula. Takjub melihat diri sendiri masih bisa posting lumayan banyak dalam sebulan. Mohon maaf, jika pengunjung bosan dengan cerita seputar Bangkok.

Rasa malas dan mengawang-awang masih menghantui. Kami terlalu banyak libur, sementara otak perlu dilatih lagi. Su su na!

34 tanggapan untuk “Berpanas ria di Koh Kret

  1. Makan bunga? Wuih… kayaknya bunya yang pernah saya makan cuma sedap malam dan bunga pepaya deh… 😀
    Banyak banget tempat yang sudah dikunjungi ya, Mbak… 🙂

  2. pingin nyobain bunga bunga goreng crispy ituuu….. 🙂
    bawain oleh oleh bunga crispy itu doooooooong, Hilsyaaa…. hahaha :mrgreen:

    si chedi itu memang miring gituh penampakannya ya Hilsya ?

    ngebayangin kalau mau adain arisan, beli aja itu si kue2 mungil manis disitu …
    lutju juga kali ya, warna warni dan imyut…
    ( heheehe….jauuuh amat ya beli kueh nya…. ) 😛

    selamat belajar lagi , semoga sukses ya Hilsya
    love u dear……

    salam

    1. enak bunda.. asli, ga kayak bunga..
      I wish .. bisa bawain bunga2 itu, tp sampe Ina udah ga kriuk lagi pasti

      si chedi itu emang khasnya Koh Kret, agak miring dan ga tinggi kok paling 4 m

      makasih bunda.. 🙂

  3. Ngga aku ga bosan..
    Justru jadi tau deh tempat2 yang di sono..
    Dan jujur aku ketawa2 belibet baca nama2 tempatnya, belepotan hihii..

    Makasih sudah berbagi cerita di sono (teteh) Hilsya..xixiix..

  4. Waaahhh.. emang makanannya enak enak sepertinya mbak.. mau dong.. 😀

    kalau di pontianak juga ada tuh pulau di temgah sungai.. sayang gak diurus.. malah selalu dibilang horor.. jadi gak ada yg berani kesana deh.. termasuk diriku..

  5. aku juga lagi mudik mbak..*walah malah pamer…wiskul terus tiap hari..dan minim olahraga piye ra melar hehehe…
    wah mbak asli penasaran sama bungo goreng lihat penampakannya pingin nyoba…
    itu ada patung selamat datang kecilnya di kedai yah..lutju…
    semangat mbak…bentar lagi mulai kuliah lagi .yo…
    mau rapel cerita sampean dulu sebelumnya, harusnya dirumah bisa eksis, orang ada wifi om nya kinan yang pasang..tapi gimana wong jalan jalan teyus…*nggak mau kalah sama sampean yang jalan jalan teyus hehehe…:)

  6. Serasa makan pecel kembang turi, tempura brokoli (bunga juga yang dipanen), oseng kembang pepaya ya. Selamat menikmati wisata di sela nge laborat. Salam

Tinggalkan Balasan ke Myra Anastasia Batalkan balasan