Mumpung masih libur, posting dilanjut lagi…
Keluar dari Suan Pakkad Palace jam 11.30, kami kembali menuju BTS Phaya Thai untuk pergi ke BTS National Stadium. Tujuannya Jim Thompson museum. Membeli tiket seharga 20 baht, lalu turun di BTS Siam (interchange Sukhumvit dan Silom line) dan naik ke lantai atas untuk pergi ke National Stadium. Hanya 1 stasiun dan dengan manis kami tepat berada di seberang MBK, surga belanja orang Indonesia *tapi saya belum sempat ngubek-ngubek tuh*.
Dari stasiun kami memutuskan untuk makan siang terlebih dulu di Tokyu, satu gedung dengan MBK. Aneka counter di Tokyu ini bikin ngiler dengan harga geleng-geleng kepala. Tidak cocok dengan kantong mahasiswa. Daripada tergoda kami berjalan lurus dan memilih langsung menuju lantai 5, tempat berbagai pilihan resto internasional. Ada 4 tempat makanan halal di area itu, Arabic cuisine, Thai food, Indonesian food, dan seafood. Untuk masuk ke area food court, kita diberi kartu untuk digesek saat bertransaksi di dalam. Pembayaran dilakukan saat akan keluar di kasir.
Harga makanan di sini lumayan di atas 120 baht, seperti layaknya di mal-mal besar. Aneka minuman dibandrol mulai dari 80 baht ke atas. Berhubung kangen dengan makanan Ina, makanya dengan sok pede saya pesan paket seru di Jimbaran Bali resto. Ternyata isinya buanyak banget. Nah lho, siapa yang ngabisin?
Puas dengan kenyamanan AC, kami bersiap untuk bereksplorasi lagi. Tepat di seberang MBK dengan menyeberang jembatan via stasiun BTS, kami singgah sejenak di Bangkok Art Cultural Center. Ngadem lagi ceritanya. Tapi di dalam ya hanya terdapat pameran benda-benda seni yang tidak bisa saya mengerti dengan seksama.
BACC ini terdiri dari 9 lantai. Sebenarnya saya tertarik pada pameran filateli Thailand. Tapi sepertinya kami tidak bisa masuk karena baru dibuka acara pembukaan resmi dimana para tamu hadir dengan pakaian formal, sementara kami hanya memakai jeans butut dan persis seperti tamu tak diundang.
Oke, lanjut ke Jim Thompson House and Museum. Hanya berjalan kami kurang dari 10 menit. Masuk arah kanan jalan menuju Soi Kasemsan 2 sampai mentok berbatasan dengan klong Maha Nag, dimana di seberangnya terdapat komunitas muslim. Di sini ada angkutan gratis yang mengantar kami dari dan ke jalan utama. Lumayan.
The Jim Thompson House adalah kediaman James HW. Thompson. Seorang entrepreneur asal Amerika yang memperkenalkan keindahan sutra Thailand ke seluruh dunia. Ia tinggal selama 25 tahun di Thailand untuk mengembangkan industri sutra dan memperoleh penghargaan dari kerajaan Thailand. Tahun 1967, beliau berlibur ke Cameron Highlands di Malaysia dan tidak pernah kembali pulang.
Masuk ke dalam komplek museum, kami disuguhi pemandangan yang asri dan terpelihara. Di sini lebih banyak turis asing yang datang berkunjung. Harga tiket masuk 100 baht, sementara orang lokal dan pelajar 50 baht. Ada guide berbagai bahasa yang mengantar kami berkeliling. Jam operasional berlangsung dari pukul 9.00 sampai 17.00
suay… cantik ya si mbak-nya..
Di dalamnya terdapat berbagai koleksi pribadi sang pemilik yang memadukan budaya Thai dan Amerika, tentu tidak boleh diambil gambarnya. Komplek kediaman dan museum ini terasa sangat cozy dan teduh. Ada keranjang berisi kepompong ulat sutra yang siap diolah untuk dijadikan benang, berikut perangkat tenunnya. Dilengkapi restoran dan toko souvenir. Sementara untuk koleksi aneka olahan sutra yang dijual terbilang sangat bagus dan lumayan mahal.
btw, thanks my friend buat sebagian fotonya *eike males ngedit, hehe*
update : seminggu kemudian, saya baru sadar jika untuk menuju Jim Thompson house ini bisa ditempuh dengan cara lain. Naik bus yang melewati Platinum, berhenti di halte setelah Pratunam melewati jembatan. Lalu turun ke arah dermaga klong untuk naik boat di kali hitam seharga 10 baht. Turun di dermaga Sapan Hua, setelah Pratunam. Berjalan sekitar 200 m, dan Jim Thompson house yang berwarna merah bata akan terlihat dari arah klong
kerennn mbak
siapa? bukan saya pastinya ya..hahaha
emang bagus kok, banyak pengunjungnya
Aaah…ibu satu ini, jalan jalan terusssss….eh dalam rangka kerja ya :D. Belum pernah ke Thailan niih hehehe
bundit ketinggalan kabar beritaaa….
Aku pernah dapat dompet Jim Thompson, rupanya ada museumnya tho…
wuihh, aku malah baru tau sekarang..
woww.. perjalanan yg menyenangkan ^^
yoii.. abis itu telapak kakinya bengkak. lol
Ternyata perbedaan HTM itu sama kayak di Indonesia ya… Yang buat turis luar lebih mahal dibanding untuk turis lokal 😀
yup, hampir semua tempat gitu.. bahkan kalo saya bisa konversasi mungkin juga disangka orang lokal..
salah satu tempat yg pengen kudatangi kl ada rejeki ke Thailand
Nama Jim Thompson memang melegenda untuk kecantikan sutranya, mahal banget ya pasti
oke mba.. gampang kok dicarinya…
kalo nyasar, tinggal kabari aku hehe..
Amin, semoga terkabul, Bu Dokter. Tapi jangan lupa, ajak saya juga. Heheheh…
Melihat photo di lokasi BACC, sepertinya menarik sekali, Mama Hilsya.
seriusan abi suka art cultural center?
saya mah bingung .. hehe
“suay… cantik ya si mbak-nya..”
iya cantik ih mbak nya..btw, suay itu bahasa thai kah mba?
suay dengan intonasi ay naik artinya cantik
kalo suay dengan intonasi akhir datar atau turun artinya buruk/menyedihkan
jalan jalan keren ini namnya ,Hilsya
banyak yg dilihat dan semuanya indah
(lihat foto BACC nya , jadi pingin kesana, pasti menarik banget) 🙂
salam
foto BACC banyak sih bunda, tp berhubung ga berjiwa seni jadi bingung majangnya… 🙂
ngiler liat makanannya 😀
sutranya kayaknya bagus2 ya 🙂
bagus asli.. sayang ga difoto…
tapi kalo saya yg pake ga cocok kayaknya, hihihi
Hilsyaaaaaa…saya baru datan lagiiii…maafkanlaaahhhh…baru pindah rumah lagi soalnya, suami dapet tempat tugas baru 😉
Idiiih, saya langsung ngebayangin kejadian waktu Risa pulang dari Thailand dan saya dioleh-olehin pashmina dari toko Jim Thompson ini…sumpah nggak nyangka kalo riwayatnya Pak Jim Thompson seperti yang Hilsya tulis ini…thanks sudah berbagi cerita ya, thanks juga buat foto makanannya yang super jumbo itu…
😀
wuiih.. pasti bagus banget, mba..
liat sutranya ngiler…
yuk.. kita makan porsi jumbo, mba..
Done!
Saya baru aja selesai ngerape komen, Hilsya…hihihihi…bukan balas dendam, tapi memang begitulah kenyataannya…
😛
mba Irma…
cipika-cipiki dulu..
udah lama banget ya?
kemaren aku nengok masih postingan yg dulu…
Mbak… kok jimnya gak pulang seh???
OOT banget.. hihihi
emangnya bang toyib?
feeling aku sih bapak jim kesasar waktu masuk hutan di m’sia..
hiks bun aku dikenalin dong sama jim thompson 🙂
hayyah Lid.. aku aja ga ketemu kok, lol
mbak cantik yang menenun benang itu… jangan jangan dulunya laki laki????
whuaaa.. sembarangan El.. yg ini orisinal kok
udah diliat kakinya 🙂
beliau berlibur ke Cameron Highlands di Malaysia dan tidak pernah kembali pulang. >>>> tertarik sama kelanjutan ceritanya ini…jadi kenapa nggak balek?? ilang atau menetap dimalaysia..?? Kepo dibuatnya tapi males googling..hehehe
aku serius baru ngeh nama nama terkenal dithailand ini …betapa udiknya saya….hehehe…
entar aku catet…dan ringkes sapa tahu ada rejeki…bisa bikin proposal ke ayahkinan liburan ke sono heueheuehe…*bisakah?????
hilang…
kayaknya sih kesasar di hutan
kan pak jim udah lumayan tua waktu itu…