Gawaaaat! Kebetan akurat untuk postingan ini ketinggalan di kantor. Jadi tolong dimaafkan jika sebagian besar hanya berisi foto-foto saja. Secara.. ini yang namanya memori, kapasitasnya sudah ga jelas antara pikun dan overload 😀
Perjalanan pagi hari dimulai. Kami bersegera menuju titik lokasi yang telah ditetapkan via GPS, sama seperti tahun sebelumnya. Kegiatan kali ini adalah untuk mengamati kondisi tanah pertanian dan air yang terdapat di kota Batu sehubungan dengan penggunaan pestisida. Saya tidak akan menjelaskan kenapa dan ada apa di sana. Hasil pemantauan rasanya kurang tepat bila dituliskan dalam blog. Setidaknya lebih baik dalam forum lebih resmi. *hihi.. ngeles, padahal ga bisa nulis secara ilmiah aja sih*
Titik pertama adalah lokasi background yaitu sumber mata air yang diperkirakan tidak ada polusi sama sekali. Terletak di kawasan arboretum Sumber Brantas di kecamatan Bumiaji, kota Batu. Perjalanan dari hotel Metropole ke Arboretum ditempuh sekitar 30 menit, dengan berkendara santai ga pake ngebut dan macet. Suasananya terawat, hijau, dan asri. Penuh pepohonan. Di dalamnya terdapat sumber mata air, tempat kali Brantas berasal. Airnya dingin sekali. Saya menyempatkan diri untuk cuci muka. Konon kabarnya sumber mata air ini bisa membuat awet muda. Lha iyalah.. air dingin kan memang membuat wajah menjadi lebih segar. *sambil jampi-jampi biar sekinclong Dian Sastro*
view depan pintu masuk
jalan setapak
sumber mata air kali Brantas
Oh, iya.. sedari tadi saya kerap menyebut kata arboretum. Jujur saja, kata arboretum baru saya kenal sejak tahun 2002. Saat saya diajak mengunjungi tempat sampling tanah dan pohon di musim gugur yang dingin. Oo.. ternyata diajak ke hutan toh? Ndeso tenan ya diriku ini..
Dalam wiki, secara garis besar arboretum diartikan sebagai tempat koleksi pepohonan. Dalam bahasa latin, Arboretum berasal dari kata arbor yang berarti pohon, dan retum yang berarti tempat. Lebih lazim dikenal sebagai kebun botani. Sedangkan Arboretum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.
Meski awalnya dirancang dengan tujuan penelitian dan pendidikan, namun arboretum bisa disiasati untuk memiliki fungsi yang lain. Arboretum bisa dijadikan objek wisata edukatif. Di dalamnya para pengunjung dapat mempelajari beraneka ragam spesies flora bahkan fauna. Selain itu karena sifatnya buatan, arsitektur yang artistik dan nilai estetika dari sebuah arboretum dapat dijadikan semacam tempat untuk melangsungkan kegiatan lain (sumber diedit dari sini)
Sebenarnya sekitar 2 km lagi ke arah bukit kami bisa menikmati sumber mata air panas di Cangar. Dahulu kawasan ini juga merupakan tempat pemantauan kami. Tapi kali ini dipindah hanya sampai arboretum saja. Jadi goodbye Cangar. Lain kali aja ya ngintip kesananya, pekerjaan kami masih menunggu. Kami melanjutkan perjalanan ke desa-desa dengan berbagai jenis kebun sayuran berbeda. Namun tetap saja yang kita incar adalah kebun apel yang sedang berbuah dan ada orang yang sedang menjaga. Bisa ketebak pengennya apa? Haha.. seratus saudara-saudara. Kami mencari apel gratisan. Sayangnya saat ini perkembangan buah apel sedang kurang meyakinkan. Apel yang kami temui kecil-kecil. Ditambah pula sempat terjadi hujan abu dari Semeru. Yo, wislah.. tambah mengkerut aja. Bunga-bunga bisa langsung berguguran.
Ada tiga jenis apel yang ditanam di daerah Batu. Apel manalagi berwarna hijau, rasanya manis dan renyah. Kemudian apel ana yang warnanya merah cantik tapi rasanya sedikit asam dan dagingnya agak gembos. Lalu satu lagi apel wang li, silangan antara apel dan peach. Jenis terakhir ini tidak saya lihat bentuknya, tapi rasanya sedikit mengingatkan pada apel putsa. Seperti biasa, kami mencari jatuhan apel dan minta ijin memetik beberapa buah untuk dibawa pulang. Sayangnya apel-apel ini lupa diambil dari boks dan baru dimakan tadi, jadi sudah agak membusuk karena disimpan dalam kardus tertutup. Oh, iya hati-hati dengan penampakan cantik si apel merah atau apel hijau ini. Cucilah buah sebelum dimakan lalu dikupas. Menurut para pekerja, buah yang akan dipanen disemprot pestisida langsung pada buahnya supaya tidak dimakan ulat ataupun cepat membusuk. Jika dimakan langsung, hm.. siap-siap makan racun dong?
Lalu, tiba-tiba secara tidak sengaja kami menemukan buah kesemek yang bergelantungan di pohon di pinggir jalan. Wah momen langka nih!
Buah kesemek ini menjadi buah favorit kami para trainee semasa berada di Jepang. Di sana kesemek dikenal sebagai buah kaki, 柿. Penampilan kesemek Jepang tergolong cantik, bersih dan terawat bila dibandingkan kesemek Indonesia yang terkesan celemotan karena diberi bedak kapur. Kapur digunakan untuk menghilangkan racun, sedangkan di Jepang biasa dibilas alkohol. Rasa buah kaki pun relatif lebih manis. Tadinya kami mengira kesemek cantik yang matang pohon ini akan seenak kaki, tapi nyatanya saya salah sangka. Meski manis, rasa sepetnya awet sekian lama sampai harus dibilas air putih. Saya kurang mengerti kenapa bisa begitu. Beda varietaskah? Belum matangkah? Atau alasan lain, ada yang tau?
Setelah sekian lama bergeser dari satu titik ke titik lain, termasuk blusukan ke kolong jembatan untuk mengambil air sungai akhirnya pekerjaan dirampungkan. Berhubung jam makan siang sudah tertunda, akhirnya kami mencari tempat yang seadanya. Bukan tepat di kota Batu. Wah.. gagal maning dapet makanan enak deh! Sebenarnya sih ada warung sederhana menu lalapan dengan pilihan berbagai macam lauk. Namun sang guide sungkan membawa tamu ke warung itu, karena lokasinya di pinggir jalan. Padahal kami sih siap-siap aja mau makan di manapun, namanya juga orang lapangan. Akhirnya kami didamparkan di sebuah rumah makan ayam goreng. Lidah teman Makassar saya langsung tidak cocok dengan olahan yang menurutnya serba manis. Juga perbedaan definisi sayur asem. Ternyata jenis sayuran yang dimasak berbeda. Ada kol, kacang panjang, dan ketimun di dalamnya. Tanpa rasa asam segar khas Jakarta atau Sunda. Ya maklum, namanya juga beda tempat. Saya sih masih oke saja jika soal makanan, tapi tetap saja ada tragedi order minuman. Es beras kencur saya berasa aneh. Kenapa ada rasa bawang merahnya ya? hihi…
e? sayur asem pake timun? baru tauk aku Mbak.
aaahhh kemaren baca blognya Bunda Tuti tentang Batu juga, ke sini juga tentang Batu. keknya semacam isyarat biar aku ke Batu juga
*heleh, alesan. hehehehheehhe.
tapi emang bener loh, aku mupeng banget pengen ke Malang.
bermimpilah Is… ini juga aku hasil mimpi sekian puluh tahun
akhirnya alhamdulillah ada rejeki juga buat ke sini..
yuuuk mariii…
buah apelnya ranum2 banget 😀 boleh dipetik ga tuh?
boleh.. kata ibu2 yg jaga kalo cuma 1 gapapa.. asal jgn 1 pohon 🙂
ada buah yang genit ya alias kesemek. lama ga pernah lihat buah itu bun
iya.. yakin deh anak2 kita juga ga pada tau buah ini.. makanya difoto nih 🙂
eh, mbak… kalo arboretum tuh banyak dikampus saya dulu.. emang aslinya tempat buat koleksi tumbuhan hidup. Parahnya dulu malah saya nggak bisa bedain maksudnya kanopi dan arboretum. hahaha… ooh kerjaannya sebagai pengamat to?.
mungkin piso yang dipake buat ngiris kencur abis buat ngiris bawang kalee..
aku taunya kanopi buat jendela malah.. haha..
iih, baru ketauan ga ngerti apa-apa.. memalukan :p
Waahh,, serunya jalan2nya..
Tapi soal makanan aku juga kurang pas dengan makanan di daerah jawa tengah dan jawa timur. Soalnya makanan pontianank terkenal dengan asam, asin dan pedas, gak ada manis2nya sm sekali 😀
selera juga kali ya Ni…
tapi kalo laper mah… hajaar aja, daripada cacingnya demo
Kesemek jepang lebih cantik dari yg di sini, barangkali karena di sana orangnya putih2, hehe.. Gak nyambung ya? hihihi..
setujuuu… *ngarang*
Hilsya, kota batu dan sekitarnya itu daerah bersejarah jaman saya kuliah dulu, karena disanalah saya berseliweran sebagai anggota pencinta alam… 😉
Thanks buat posting dan foto-fotonya, jadi ngembaliin memori ke masa lalu deh!
aduh mba Irma.. hebat euy.. pecinta alam..
tunggu postingan selanjutnya ya.. masih banyak nih
batu-Malang, emang terkenal dengan Apelnya ya,,,
Seru banget ya mba Hilsya, hmmmm jadi pengen kesanaaa..
sekarang udah ditambah promosi wisata…
Indahnya melihat pemandangan pada foto2 diatas. Benar2 menyejukkan mata. Sungguh indah bentangan alam dari Allah SWT
seneng liat gambar apelnya?
Batu dingin, ‘kan, Mbak? 😀
iya.. 🙂
Iya Teh, kyknya di jakarta mah ga ada da kesemek. Eta minuman beras kencur bau bawang merah khasiatnya buat apa cenah? hahahaha
makanya nih Rin.. dipoto, karunya budak bisa panasaran..
huss.. minumannya ga diabisin da.. aneh rasanya
Wuihhhhhhhhhh cantekkkkkkk cantekkkk photonya…bekerja sambil berpetualang…:) mantap bener..bun..
asli ngiler melihat apelnya yang ranum warnanya..semburat warna kuning ke merah merahan..khas apel malang..:)
bagi dong bun apel nya…:)
hayo lanjut part 3 nya ditunggu..:D
mam.. kemarin malah ga beli apel..lupa
ok.. part 3 nyusul
di tempat saya juga ada kesemek bu,,,,
bahkan orang2 malah menyebutnya sebagai apel gunung, bukan kesemek… 😀
pake acara sepet ga Mab?
wah enak yach kalo kerjaanya sambil jalan2 gitu……ngga kayak aku yg di dalam ruangan terus, jadinya kuper dech hehehe….
begitulah Nia.. akhirnya kunikmati juga 🙂
Seru juga yah petualangan di Malang-nya.. Belum pernah saya ke Malang, cuma Bromo pernah. hehe..
bromo nyusul.. kudu liburan itu sih, bukan sambil kerja
Mestinya kesemek sini lebih cantik karena udah bedakan 😀
Tapi saya memang belum pernah makan kesemek yg rasanya enak banget, Mbak. Hampir selalu getir 😦
Ngiler banget ngelihat apel yang masih menggantung di pohon 😀
kalo kaki rasanya manis ga pake getir/sepet.. dulu malah nemu pohon kaki di pinggir jalan raya dibiarkan sampe mateng kuning oranye.. wah cantiiik
Itu apel metahnya yang cantik cuma bisa didapet di Malang sana ya? Jauh euy!
bisa didapat di supermarket terdekat kok 🙂
Wah mbak. Kok blusukan ke bawah jembatan juga, sih?
Lihat apel dan kesemeknya jadi ngiler. Gimana lagi, bisa makan kesemek hanya jika di jatim dulu. heran, kok di Jepara kudus Semarang ga ada kesemek, ya?
namanya juga panggilan jiwa..jeng, hehe
es beras kencur pakai bawang merah? aduuuh waktu gerus beras kencurnya cobeknya lupa dicuci kaliiii hihihi.
penampakan kesemek itu memang bener mirip Kaki ya.
EM
kayaknya gitu deh mba.. nasibku hiks…
kesemek memang kaki, cuma heran aja kok disana ga sepet padahal sama-sama mateng pohon
Haduuh Mba… buah2annya menggiurkan sekali… Jalan2 ke Malang memang TOP deh…
Arboretum malah aku baru tau skrg ini Mba… Bagus bgt yah utk wisata edukatif… Di seputaran Jakarta nggak ada arboretum yah? hihihi… *ada jg rimba mall belantara* hiks…
sama.. baru tau sekarang juga hehe.. dari dulu kemana aja ya?
ketemu mata air kali Brantas, sejuknya….
belum ada yang ngincer untuk pabrik air mineral..? nggak nyambung….
dari mata air yang seperti kolam ikan.. jadi sungai yang sangat panjang sampai surabaya.
moga2 ga ada, mba.. biar lingkungannya terjaga
Batu ini saya rasa merupakan pelopor wisata petik-petikan buah nih …
Saya pertama kali mengalamai wisata seperti ini ya di Batu …
salam saya
seru ya Om.. puas rasanya bisa metik sendiri