Mumpung masih satu paket dengan Tumuli Park dan lokasinya berdekatan, jadi tulisannya dilanjut 😀
Web lengkapnya di http://gyeongju.museum.go.kr/eng/. Museum ini didedikasikan bagi masyarakat dan para peneliti untuk mengetahui peradaban masa lalu warisan budaya nasional melalui benda-benda berharga peninggalan dinasti Silla. Duh.. mendadak, kalo mau nulis ulasan tentang museum langsung mentok. Ntar, cari sumber yang dapat dipercaya dulu.. takut salah, hehe.. Copas dengan terjemahan yang sangat disederhanakan berikut diperoleh dari http://english.visitkorea.or.kr/. Lengkap dengan foto-foto yang diambil dari internet. Jiaah.. ga modal banget yah 😦 *abis, dalam foto saya banyak obyek yang mengganggu keindahan bakground sih*
Exhibition hall museum terdiri dari 4 bagian yaitu : main hall, annex I, annex 2, dan outdoor exhibit area. Di Main Hall dapat ditemui peninggalan berupa tembikar dan berbagai kerajinan tangan. Artefak dari hasil penggalian makam raja-raja dipamerkan di Annex I, rata-rata berupa perhiasan emas berkilauan, sabuk, anting-anting, ornamen mahkota, dll. Di Annex II, dipamerkan benda-benda yang ditemukan dari Anapji Pond. Galeri lainnya menampilkan barang-barang kebutuhan rumah tangga. Ada pula Children’s museum.
Sementara di luar area museum kita bisa temukan Emille Bell atau The Divine Bell of Queen Seondeok the Great (National Treasure No. 29) dan the Goseonsaji Stone Pagoda (National Treasure No. 38) serta batu-batuan yang berserakan di halaman museum. Info tentang Emille Bell bisa dilihat di http://www.parandeul.co.kr/emillebell..htm. Menurut legenda, bel berukuran raksasa ini berbunyi seperti tangisan seorang anak yang mencari ibunya. Konon sang anak perempuan pembuat bel ini dilemparkan ke dalam tembaga yang meleleh sebagai persembahan karena terjadi beberapa kesalahan selama pembuatan. Para pengunjung bisa membunyikan bel dengan mendorong tongkat panjang yang disediakan. Tadinya saya kepingin nyoba, tapi kok berat ya?
Di halaman museum juga terdapat peninggalan patung Buddha, pagoda, bangunan, lentera yang kesemuanya terbuat dari batu, serta sisa-sisa runtuhan nisan. Kebanyakan berupa the stone Buddha of the Janghang-ri Temple Site, the standing Buddha statue from Mount Nangsan, hampir 20 Buddha statues digali dari sumur Bunhwangsa, the three-story pagoda of the Goseonsa Temple Site, serta koleksi patung berbentuk singa dan merak.
Ya gitu deh.. mungkin seperti kebanyakan orang kita, terutama saya -yang jarang-jarang berkunjung ke museum- tidak bisa menjiwai peninggalan benda-benda berharga tersebut secara mendalam. Umumnya kami hanya melihat sekilas, membaca info yang tertera di tiap galeri, dan foto-foto. Kadang sedih juga ya, mengapa tipikal kita *atau saya deh* seperti itu. Padahal museum indah, bersih, dan terawat ini disediakan secara gratis. Museum tutup tiap hari Senin maupun Tahun Baru.